Saturday, October 24, 2009

PERANG MELAWAN NARKOBA


Perang di zaman modern tidak identik dengan senjata Tetapi perang zaman sekarang ini harus dilawan dengan ketajaman pemikiran dan idelaisme seperti halnya memerangi bencana alam dan maraknya narkoba. Tulisan ini dipetik dari hikmah peresmian GESAN (Gerakan Sadar Anti Narkoba) yang dimotori oleh Bapak Bambang Priyo Utomo (Kepala BNR Malang dan Wakil Wali Kota Malang) yang telah banyak mendirikan posko-posko di daerah semalang raya. Bersamaan dengan peresmian posko GESAN tersebut terjadilah forum silaturrahmi dan dialog yang memang dideglarasikan oleh penggurus pusat FKMS (Forum Komunikasi Mahasiswa Sumenep) semalang raya dengan mengangkat tema “Membebaskan Indonesia Dari Narkoba”. Kunjungan Pak Bambang dalam meresmikan posko GESAN yang diselenggarakan mahasiswa asal Sumenep sangat menjanjikan sekali terhadap terbentuknya masyarakat sadar anti narkoba. Beliau sebelum banyak menggupas tentang fenomena narkoba pada saat ini, beliau memulai dengan prolognya menceritakan penghargaan yang telah diterima sebagai hasil jerih payahnya dalam menggapai sukses selama menggagas gerakan sadar anti narkoba. Perjalanan dialog yang semakin siang tambah tambah mengasah ketajaman terhadap fenomena yang terjadi di masyarakat menuntuk kepekaan sosial terjadi pada waktu yang demikian dengan Pak Bambang antara komunitas FKMS pada kususnya dan masyarakat Donoyo pada umumnya yang bertempat Scretariat FKMS Komisariat Jokotole, pada 16, Juni 2007 kemarin mendapat tanggapan segar, terutama dari Pak Bambang itu sendiri, RT maupun RW setempat. Oleh karena memang peresmian posko GESAN dirancang melibatkan dari seluruh komponen elemen masyarakat dari RT sampai pihak pemerintahan dan kepolisian. Dalam hal ini terkait dengan penjelasannya Pak Bambang menggagas terselengaranya pergerakan GESAN, beliau mengucapkan lontaran ucapan kata terima kasih atas solidaritas masyarakat yang telah mendapat hidayah (ujar beliau) untuk membantu pemerintah dalam rangka mengupayakan ketertiban masyakat. Sementara yang lebih mengelikan dari ungkapannya Pak Bambang sehingga di bayar oleh audien dengan tepukan tangan berkali-kali, mengenai pernyataannya sebagai berikut “ perang melawan narkoba dengan perinsip ikhlas, jujur dan harus berani”. Kenapa demikian ujar beliau, Narkoba dilawan dengan aturan, andil penyebar narkoba lebih pintar memainkan aturan dalam menyelundupkan barang haram tersebut dengan rapi dan sangat terstuktur. Maka didirikannya posko-posko GESAN menurutnya untuk menyedarkan masyarkat terhadap bahaya laten narkoba itu sendiri yang sekarang ini marak dibicarakan masyarakat dan menghawatirkan para orang tua yang punya putra-putri yang masih remaja, mereka trauma dan ketakutan mengahadapi realita zaman yang sangat menghawatirkan ini melihat fenomena yang ada dalam masyarakat terjangkit virus narkoba. Sebenarnya ada beberapa hal yang di gagas Pak Bambang dalam peresmian posko GESAN yang diselenggarakan FKMS mengenai tantangan yang harus diperangi anak bangsa pada saat ini. Pertama, bencana alam. Kedua, maraknya penyebaran narkoba. Beliau menjawab persoalan ini dengan mengambil perinsip hidupnya binatang yang punya ketangkasan seperti singa dan kijang. Bagaimana perinsip hidup singa ini sehingga dijadikan contoh, kalau diamati karekter binatang ini tidak lain di pagi hari hanya berpikir lari kencang agar dapat mangsa buruannya daging kijang. Sentara kijang di pagi hari berpikiran yang sama dengan singa agar tidak jadi mangsa singa. Maka dalam menghadapi dua bencana bangsa yang melanda bangsa ini agar diperangi dengan cara demikian, beliau menjadikan dua binatang tadi harus menjadi sikap dalam menghadapi problematika yang sedang mencabik-cabik bangsa Indonesi ini. Dan yang lebih penting lagi sudah seharusnya perinsip yang demikian dijadikan dasar rasa percaya diri anak bangsa dan dijadikan semangat keberanian demi perang melawan narkoba. Dari gagasan yang telah tertuang melalui idealismenya Pak Bambang yang sangat cemerlang. Maka ada beberapa hal yang perlu dipertimbangkan dalam impas bahaya latennya narkoba dan juga bagaimana solusi dan cara pemecahan dalam menanggulangi agar bangsa ini terbebas dari virus-virus yang berbau narkoba. Bahaya Narkoba Merusak Mental Anak Bangsa dan Mematikan Bahaya narkoba merusak mental dan mematikan, secara garis besar persepsi yang demikian memang bisa menunjukkan secara fakta. Bahkan kebuasan virus narkoba menyerang tidak memilih usia orang dewasa atau remaja. Jadi secara pribadi sangat penting berdirinya posko-posko GESAN khususnya yang otomatis masyarakat yang domisilinya berstatus warga kos-kosan. Sebab secara umum seusia Mahasiswa biasanya sangat rawan mengkosumsi obat-obatan yang haram dan mematikan itu. Sedangkan secara universal dikawasan seluruh nusantara di Indonesia ini. Dengan GESAN ini barangkali dapat menyadarkan masyarakat terhadap pentingnya lingkunngan yang sehat, yakni dapat menjadi kontrol terhadap stabilitas suatu lingkungan itu sendiri. Supaya tidak memberi kebebasan dan kesempatan bagi masyarakat untuk mencoba-coba barang yang berbau narkotika. Bahaya narkoba mematikan memang benar sekali, sekarang di tempat-tempat umum dapat menemui poster pesan Anti Narkoba. “ Aku Tak Tahu Aku Mencoba, Aku Mencoba Kecanduan, Kacanduan Aku Ketagihan, Kemudian Aku Mati”. Pesan yang sama sebenarnya sudah pernah di populerkan oleh kelompok musik SLANK yang bertajuk Balikin. Sedangkan realita orang yang pernah terjanngkit memang terbukti. Bahwa cara berpikir orang pengidap narkoba secara ummum tidak bisa berpikir rasional secar label. Kenyataan bahaya laten narkoba dapat diamati, seperti kurangnya keharmunisan dalam rumah tangga ( retak ), dan yang lebih parah lagi terjadinya seks bebas. Fenomena tadi merupakan implementasi dampaj narkoba yang merusak mental mengkikis rasa keimanan dan ketakwaan. Sebernanya mgagasan membebaskan indonesia dari narkoba bukan hanya demi menyelamtkan bangsa, termasuk juga menyelamtkan masyrakat umum dan generasi bangsa. Dapat di bayangkan andai kata Indonesia hanya berpenduduk yang mengkonsumsi narkoba, apa yang akan bisa dibangun dan dibangkitkan masyrakat bangsa. Baru beberapa persen saja di bangsa ini yang tejangkit virus narkoba sudah berapa bencana yang tidak bisa diatasi, belum lagi masalah ekonomi, masalah politi yang terkomersilkan seperti saat ini, masalah kekerasan birahi bahkan terjadinya kasus aborsi. Persoalan yang demikian hendaknya diwaspadai, karna lebih baik mencegah dari pada mengobati. Maka sekali lagi marilah kita sadari bersama, mengingat bahaya laten narkoba yang tidak mengenal objek tak perduli orang miskin, menengah, ataupun konglomerat. Jaminan Terhadap Pergerakan GESAN Jaminan bagi pergerakan GESAN, yang digagas Pak Bambang dengan ditanamkan berbasik rasa ikhlas, jujur, dan harus berani itu dilindungi dengan jaminan. Seperti halnya rasionalitas demikian, “ barang siapa yang mengatasnamakan dirinya dengan kesadaran anti narkoba, maka bagi mereka yang menemukan komunitas atau perorangan yang sedang menhgidap obat-obatan terlarang lalu melaporkan kepada pihak yang berwajib (pihak kepolisian). Si pelapor tadi tidak dikenai tanggung jawab dan tidak akan dimintai kesaksiannya di pengadilan (ujar Pak Bambang) dikala telah resmi menjadi anggota GESAN sebagaimana yang diungkapkan Pak Bambang dalam peresmian posko GESAN yang diselenggarakan FKMS dengan alasan bahwa posko-posko GESAN telah resmi punya perlindungan baik dari segi Hukum maupun pihak Kepolisian. Terapi Penanggulangan Pasien Narkoba Yang Diselenggarakan GESAN Pergerakan GESAN yang didasrkan pada pemberdayaan masyarakat dengan menggunakan perinsip kasih sayang sudah punya alternatif dalam menyemuhkan pasien yang mengidap penyakit virus narkoba dengan cara diterapi sebagai pasilitas dalam mewujudkan gerakan sadar anti narkoba. Sekalipun GESAN dalam pergerakannya akan melakukan penangkapan terhadap siapa saja yang kepedok intel GESAN yang berkeliaran dimana-mana. Tetapi pergerakan GESAN tidak untuk menghukum, hanya untuk menyadarkan, yakni akan ditangani secara medis atau terapi. Demikian ujar pak Bambang Priyo Utomo, sehingga idealisme cerdas beliau dijadikan pakem standart di Indonesia yang diresmikan pada tanggal 23, April lalu di Jakarta sekaligus beliau mendapat penghargaan dari pemikiran mencetuskan paradigma menjadikan Indonesia bebas dari narkoba. Memang besar tantangannya untuk membebaskan dari narkoba. Makanya dalam upaya pemberantasan agar bisa menjadi bangsa anti narkoba, kita harus memulai dari diripribadi sendiri. Inilah yang harus dijadikan tekad kita bersama demi menyatakan peranng melawan narkoba.

Hapus
Batal

Friday, October 24, 2008

PEMUDA DALAM ESTAFET PLURALISME KEPEMIMPINAN MASA


PEMUDA DALAM ESTAFET PLURALISME KEPEMIMPINAN MASA DEPAN
Oleh : Hozaini*
Secara universal setiap individu adala pemimpin, bagi yang dipimpinnya. Baik pemimpin bagi dirinya sendiri, keluarganya dan masyarakat di lingkungannya. Ini stimulasi secara umum. Oleh karena manusia mempunyai jenjang tesendiri, ada yang disebut usia kanak-kanak remaja atau lebih kerennya dengan sebutan pemuda. Maka sering dengan setiap perkembangan individu semakin hari bertambah usia, semakin bertambah pula pengalaman dan pengetahuan dalam kematangan skill suatu individu. Disinilah awal tumbuhnya pemahaman yang secara pragmatis menjadi kontrol dalam stabilitas sosial. Dalam hal ini yang punya andil besar adalah pemuda.
Diwarisi atau tidak, pemuda harus punya peranan dan tanggung jawab. Jikalau tidak demikian, bersiaplah menjadi penonton pesatnya perkembangan dalam perubahan zaman modern. Akan diasingkan walaupun hidup di tanah daerah sendiri, bahkan mendiami bangsa sendiri. Apabila pemuda tak bisa memainkan peranan dan keuletannya sebagai pewaris tampuk kepemimpinan.
Andil pemuda dalam kepemimpinan laksana pedang bermata dua, tidak dilindungi dan diarahkan akan menjadi lawan tersendiri dalam suatu negeri. Tidak dipelihara dan dan diberdayakan, bangsa sendiri yang akan terancam. Realita yang demikian menjadi fakta yang melegenda di tanah Bangsa Indonesia ini. Dimana ketika kaum pemuda bersilang pendapat dengan kaum tua, dalam rangka untuk memproklamerkan kemerdekaan. Soekarno diculik oleh kaum pemuda demi memproklamerkan kemerdekaan. Andai kata tidak ada andil pemuda pada waktu itu, kapan Indonesia ini masih akan merdeka?. Disinilah terlihat rencana strategis (Renstra) pemuda dengan tekad “ Yang penting merdeka dulu”, kemudian pembangunan jalani bersama-sama. Itulah kado kenang-kenangan dari pemuda dan mahasiswa yang tergabung dalam berbagai organisasi pemuda dan politik mengadakan Kongres di Jakarta 1928, lalu lahirlah “Indonesia Muda”, yang mencetuskan Sumpah Pemuda yang menjadi slogan bangsa sampai saat ini.
Disisi lain masih membekas taring pemuda di benak kita, waktu melengserkan kepemimpinan pemerintahan rezim Orde Baru. Sama sekali tak bias terbendung kebersatuan pemuda, laksana ombak di lautan menampar pantai. Realita itu menjadi contoh yang tak terbantahkan. Bahwa pemuda punya hak vital untuk menjadi control dan mengevaluasi dijalankannya roda birokrasi. Sebab tak ada ceritanya pennguasa memimpin seumur hidup. Setiap sejarah punya tokoh, setiap angkatan punya pahlawan dan setiap zaman punya pemimpin. Sementara pemuda adalah pewaris tokoh sejarah, adalah generasi pahlawan dan sekaligus pewaris tahta kepemimpinan. Itulah makna dari kalimat yang pernah diteriakkan oleh pak Karno “ berilah aku sepuluh pemuda akan aku pindahkan gunung Bromo”.
Kenapa kok pemuda yang menjadi target pak Karno, buknnya orang-orang yang sebaya dengan beliau. Pak Karno sebenarnya menunjukkan makna dibalik pemuda adalah semangat kekuatan, adalah watak-watak pemimpin, adalah singa-singa masa depan bangsa yang sanggup mempertahankan dan melawan gesitnya peradaban budaya zaman modern.
Sementara sejarah pergerakan pemuda masih membekas menjadi warna tersendiri diruang bangsa ini. Ketika pemuda (Mahasiswa) Indonesia yang sedang study di Negeri Belanda, seperti Ahmad Subardjo, A. Maramis, Nazir Datuk Pamuntjak, Sukirman, dan Muhammada Hatta. Mereka semua membentuk komunitas sebagai perhimpunan “ Pemuda Indonesia”, lalu mereka memainkan peranan kepemudaan dibidang Pers Mahasiswa yang terbit pertamakali pada tahun 1920-an, bertajuk “IndonesiaMerdeka”. Sedangkan pergerakan pemuda di jawa sendiri dalam tahun 1914, juga memiliki surat kabar sendiri yang bernama “Jong Java” yang bermottokan “ Organ v.d Sturenden. Jong Java, Perserikatan Pemoeda Djawa, Madoera dan Bali dari sekolah pertengahan dan tinggi”. Pers inilah yang semula bergerak di bidang sosial kemudian masuk kejalur politik (Baca : Persma).
Pergerakan pemuda tadi dengan menggunakan media informasi cukup menjadi perlawanan bagi kekuasaan Hindu Belanda, yang pada waktu itu wilayah Indonesia berada di bawah kekuasaanya. Begitupula dalam pendudukan Jepang di Indonesia, pergerakan yang tampak untuk membebaskan bangsa dari tangan penjajah adalah gerakan pemuda. Persatuan pemuda pada waktu itu cukup membawa dampak yang cukup besar, baik dari organisasi pemuda Muhammadiyah, pemmuda Partai Serikat Islam Indonesia, pemuda Muslimin, pemuda Ansor, dan juga pemuda yang telah kembali dari Belanda, Cairo, Mesir, sampai di tanah air banyak yang ikut memegang tampuk pemerintahan, atau aktif di bidang dakwah dan pendidikan. Seandainya boleh kami mengatakan, bangsa ini merdeka di balik ghaibnya kekuatan persatuan pemuda.
Untuk lebih sempurnanya menganalisis andil pemuda dalam estafet pluralisme kepemimpinan, penting untuk ditelaah posisi dan fungsi pemuda itu sendiri sesuai dengan tempat dan zamannya, perlu dicermati pemuda sebagai individu Agen of Chang and Agen of Control . Posisi pemuda adalah kunci penentu berputarnya roda bangsa yang harus difungsikan, bahwa di tangan pemuda tergenggam arah bangsa, dalam kecerdasan watak pemuda tersimpan gagasan pencerahan masa depan bangsa, pergerakan penentu sebagai penentu tegak dan tidaknya peradaban bangsa yang tentunya mesti harus lahir dari mental pemuda yang suci. Tetapi ingat, posisi pemuda dalam masyarakat bangsa bagai memelihara singa, sesekali salah di tanamkan pendidikan, salah diarahkan bukan hanya akan menggilas habitatnya bahkan akan memakan tuannya.
Dalam realitas yang lain, kaum tua yang kurang membangkitkan semangat pemuda, mati satu akan tumbuh pemuda seribu. Tetapi kehilangan seorang pemuda yang sanggup berjuang demi kebijakan dan keadilan, bahkan sanggup menjadi manusia yang hitam putih demi kesejahteraan, bangsa akan sangat kehilanga. Hilang satu harus di bayar dengan bulir air mata seribu butir. Seperti halnya kehilangan tokoh pembela HAM seperti Munir, sampai sekarang masih belum tergantikan oleh sosok individu yang lain. Kasus yang demikian cukup gencar dibicarakan di kalangan pemuda.
Hozaini adalah Mahasiswa UIN Malang Fakultas Tarbiyah
Aktif di berbagai organisasi Kampus, diantaranya:
Jurnalis kampus, sebagai pengelola kolom sastra
Pengelola kajian diskusi forum lingkar study islam kampus Malang
Pendiri Lingkar Seni (UI, Unlimited Imagination)

Followers